Rabu, 25 Juli 2012

asal usul jogja???sejarah wahh


Pemerintahan Daerah Istimewa


Asal Usul

Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan metamorfosis dari Pemerintahan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintahan Negara Kadipaten Pakualaman, khususnya bagian Parentah Jawi yang semula dipimpin oleh Pepatih Dalem untuk Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pepatih Pakualaman untuk Negara Kadipaten Pakualaman. Oleh karena itu Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki hubungan yang kuat dengan Keraton Yogyakarta maupun Puro Paku Alaman. Sehingga tidak mengherankan banyak pegawai negeri sipil daerah yang juga menjadi Abdidalem Keprajan Keraton maupun Puro. Walau demikian mekanisme perekrutan calon pegawai negeri sipil daerah tetap dilakukan sesuai mekanisme peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa

Menurut UU Nomor 22 Tahun 1948 (yang juga menjadi landasan UU Nomor 3 Tahun 1950 mengenai pembentukan DIY), Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa diangkat oleh Presiden[40] dari keturunan keluarga yang berkuasa di daerah itu[41], di zaman sebelum Republik Indonesia, dan yang masih menguasai daerahnya; dengan syarat-syarat kecakapan, kejujuran dan kesetiaan, dan dengan mengingat adat istiadat di daerah itu. Dengan demikian Kepala Daerah Istimewa, sampai tahun 1988, dijabat secara otomatis oleh Sultan Yogyakarta yang bertahta dan Wakil Kepala Daerah Istimewa, sampai tahun 1998, dijabat secara otomatis oleh Pangeran Paku Alam yang bertahta.
Nomenklatur Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa baru digunakan mulai tahun 1999 dengan adanya UU Nomor 22 Tahun 1999. Adapun daftar Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa sebagai berikut:

No.
Foto
Nama
Dari
Sampai
Keterangan
1.
Sultan Hamengku Buwono IX blackwhite.png
Masa jabatan seumur hidup,
pegawai negara dengan NIP 010000001.
2.
Wakil Gubernur,
melaksanakan tugas Gubernur dalam jabatan Penjabat Gubernur,
Masa jabatan seumur hidup,
pegawai negara dengan NIP 010064150.
3.
Sultan hamengkubuwono tenth.jpg
Masa jabatan pertama.
Masa jabatan kedua.
Perpanjangan masa jabatan kedua.
Perpanjangan kedua masa jabatan kedua.

 

 

Kondisi Geografi



Rupa bumi yang berbentuk gunung api
[8] DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada 7o3’-8o12’ Lintang Selatan dan 110o00’-110o50’ Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.



Karts mendominasi struktur rupa bumi di wilayah Gunungkidul bagian selatan
Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil.
Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.


Dataran Pantai Parangtritis
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.

Perekonomian


Pasar tradisional sebagai pusat perekonomian yang berbasis kerakyatan
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi sektor Investasi; Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM; Pertanian; Ketahanan Pangan; Kehutanan dan Perkebunan; Perikanan dan Kelautan; Energi dan Sumber Daya Mineral; serta Pariwisata.

Penanaman Modal dan Industri

Penanaman Modal di DIY dilaksanakan melalui program peningkatan promosi dan kerjasama investasi serta program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. Capaian investasi total pada tahun 2010 mencapai Rp 4.580.972.827.244,00 dengan rincian PMDN sebesar Rp 1.884.925.869.797,00 dan PMA sebesar 2.696.046.957.447,00 [9]. Unit usaha di DIY pada tahun 2010 ada sekitar 78.122 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 292.625 orang dan nilai investasi sebesar Rp. 878.063.496.000,00 [10].

Perdagangan dan UKM

[11] Varian produk ekspor DIY andalan meliputi produk olahan kulit, tekstil dan kayu. Pakaian jadi tekstil dan mebel kayu merupakan produk yang mempunyai nilai ekspor tertinggi. Namun demikian secara umum ekspor ke mancanegara didominasi oleh produk-produk yang dihasilkan dengan nilai seni dan kreatif tinggi yang padat karya (labor intensive). Program pembangunan dalam mengembangkan koperasi dan UKM di DIY, salah satunya adalah memberdayakan usaha mikro dan kecil dan menengah yang disinergikan dengan kebijakan program dari pemerintah pusat. Salah satu upaya pembinaan UKM adalah melalui kelompok (sentra) karena upaya ini lebih efektif dan efisien, di samping itu dengan sentra akan banyak melibatkan usaha mikro dan kecil. Pada 2010 tercatat koperasi aktif sebanyak 1.926 koperasi dan UKM tercatat 13.998 unit usaha[12].

Pertanian dan kehutanan


Pertanian tetap menjadi andalan
[13] Tingkat kesejahteraan petani dalam bidang pertanian di Provinsi DIY yang diukur dengan Nilai Tukar Petani (NTP) NTP dapat menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di suatu wilayah. Pada 2010 NTP sebesar 112,74% [14]. Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak asasi manusia. Secara umum ketersediaan pangan di Provinsi DIY cukup karena berkaitan dengan musim panen sehingga diperlukan pengaturan distribusi oleh pemerintah. Pemenuhan kebutuhan ikan di DIY dapat dipenuhi dari perikanan tangkap maupun budidaya. Untuk perikanan tangkap dilakukan melalui pengembangan pelabuhan perikanan Sadeng dan Glagah. Produksi perikanan budidaya tahun 2010 mencapai 39.032 ton dan perikanan tangkap mencapai 4.906 ton, dengan konsumsi ikan sebesar 22,06 kg/kap/tahun[15].
Hutan di Provinsi DIY didominasi oleh hutan produksi, yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Persentase luas hutan di DIY pada tahun 2010 sebesar 5,87% dengan rehabilitasi lahan kritis sebesar 9,93% dan kerusakan kawasan hutan sebesar 4,94% [16]. Sektor perkebunan, dari segi produksi tanaman perkebunan yang potensial di DIY adalah kelapa dan tebu. Kegiatan perkebunan diprioritaskan dalam rangka pengutuhan tanaman memenuhi skala ekonomi serta peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk tanaman untuk meningkatkan pendapatan petani.

Pariwisata




Museum Hamengku Buwono IX di dalam kompleks Keraton Yogyakarta, sebuah tujuan wisata
[18] Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya obyek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang dari nusantara[19]. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus dan berbagai fasilitas wisata lainnya, seperti resort, hotel, dan restoran. Tercatat ada 37 hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di seluruh DIY pada 2010. Adapun penyelenggaraan MICE sebanyak 4.509 kali per tahun atau sekitar 12 kali per hari[20]. Keanekaragaman upacara keagamaan dan budaya dari berbagai agama serta didukung oleh kreatifitas seni dan keramahtamahan masyarakat, membuat DIY mampu menciptakan produk-produk budaya dan pariwisata yang menjanjikan. Pada tahun 2010 tedapat 91 desa wisata dengan 51 diantaranya yang layak dikunjungi. Tiga desa wisata di kabupaten Sleman hancur terkena erupsi gunung Merapi sedang 14 lainnya rusak ringan [21].
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi obyek wisata yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa-jasa; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.

Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi Kependudukan; Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Kesejahteraan Sosial; Kesehatan; Pendidikan; Kebudayaan; dan Keagamaan

Kebudayaan


Wujud cagar budaya yang masih dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu Indonesia
[33]DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik) maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13 Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua diantaranya yaitu museum Ullen Sentalu dan museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%[34].

Keagamaan

[35]Penduduk DIY mayoritas beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, selebihnya beragama Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Sarana ibadah terus mengalami perkembangan, pada tahun 2007 terdiri dari 6214 masjid, 3413 langgar, 1877 musholla, 218 gereja, 139 kapel, 25 kuil/pura dan 24 vihara/klenteng. Jumlah pondok pesantren pada tahun 2006 sebanyak 260, dengan 260 kyai dan 2.694 ustadz serta 38.103 santri. Sedangkan jumlah madrasah baik negeri maupun swasta terdiri dari 148 madrasah ibtidaiyah, 84 madrasah tsanawiyah dan 35 madrasah aliyah. Aktivitas keagamaan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2007 terdapat 3.064 jamaah haji.

Tata Ruang dan Infrastruktur


Tugu Pal Putih, salah satu landmark tertua yang menandai tata ruang DIY, Gunung Merapi-Tugu-Keraton-Panggung Krapyak-Laut selatan
Kondisi bentang alam DIY yang beragam dan aspek filosofi kebudayaan mempengaruhi pengembangan tata ruang/wilayah dan pembangunan infrastruktur di DIY.

 Tata ruang

[36]Model yang digunakan dalam tata ruang wilayah DIY adalah corridor development atau disebut dengan “pemusatan intensitas kegiatan manusia pada suatu koridor tertentu” yang berfokus pada Kota Yogyakarta dan jalan koridor sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian dan pengarahan pembangunan dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas, terhadap kegiatan investasi swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan oleh pemerintah yang dengan sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung aksesibilitas global wilayah DIY, maka diarahkan pengembangan pusat-pusat pelayanan antara lain Pusat Kegiatan Nasional (PKN)/Kota Yogyakarta, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Sleman, PKW Bantul, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Prov DIY 2009-2029 mengatur pengembangan tata ruang di DIY. Penataan ruang ini juga memiliki keterkaitan dengan mitigasi bencana di DIY.

Prasarana

[37]Prasarana jalan yang tersedia di Provinsi DIY tahun 2007 meliputi Jalan Nasional (168,81 Km), Jalan Provinsi (690,25 Km), dan Jalan Kabupaten (3.968,88 Km), dengan jumlah jembatan yang tersedia sebanyak 114 buah dengan total panjang 4.664,13 meter untuk jembatan nasional dan 215 buah dengan total panjang 4.991,3 meter untuk jembatan provinsi. Di wilayah perkotaan, dengan kondisi kendaraan bermotor yang semakin meningkat (rata-rata tumbuh 13% per tahun), sedangkan kondisi jalan terbatas, maka telah mengakibatkan terjadinya kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas dan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terus meningkat setiap tahun.

Transportasi

Salah satu transportasi yang dikembangkan di DIY
[38]Pelayanan angkutan kereta api pemberangkatan dan kedatangan berpusat di Stasiun Kereta Api Tugu untuk kelas eksekutif dan bisnis, sedangkan Stasiun Lempuyangan untuk melayani angkutan penumpang kelas ekonomi dan barang. Saat ini untuk meningkatkan layanan jalur Timur-Barat sudah dibangun jalur ganda (double track) dari Stasiun Solo Balapan sampai Stasiun Kutoarjo. Berkaitan dengan keselamatan lalulintas, permasalahan yang berkaitan dengan layanan angkutan kereta api antara lain masih banyak perlintasan yang tidak dijaga. Selain kerata api, Pemprov DIY mengembangkan layanan Bus Trans Jogja yang menjadi prototipe layanan angkutan massal di masa mendatang.
Untuk angkutan sungai, danau dan penyeberangan, Waduk Sermo yang terletak di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki luas areal 1,57 km2 dan mempunyai keliling ± 20 km menyebabkan terpisahnya hubungan lintas darat antara desa di sisi waduk dengan desa lain di seberangnya. Di sektor transportasi laut di Provinsi DIY terdapat Tempat Pendaratan Kapal (TPK) yang berfungsi sebagai pendaratan kapal pendaratan pencari ikan dan tempat wisata pantai. Terdapat 19 titik TPK yang dilayani oleh ± 450 kapal nelayan.
Di sektor transportasi udara, Bandara Adisutjipto yang telah menjadi bandara internasional sejak 2004 menjadi pintu masuk transportasi udara bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, baik domestik maupun internasional. Keterbatasan fasilitas sisi udara dan darat yang berada di Bandara Adisutjipto menyebabkan fungsi Bandara Adisutjipto sebagai gerbang wilayah selatan Pulau Jawa tidak dapat optimal. Status bandara yang “enclave civil” menyebabkan landas pacu yang ada dimanfaatkan untuk dua kepentingan yakni penerbangan sipil dan latihan terbang militer.

Selasa, 24 Juli 2012

Kerajinan Gerabah Kasongan(handycraft and souvenir)

Sentra Industri Gerabah Kasongan.

Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan hasil kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, (~ S 7.846567° - E 110.344468°) sekitar 6 km dari Alun-alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan. Tak lengkap rasanya bila dari Yogyakarta tanpa membawa souvenir cantik yang satu ini.

·       Sejarah

Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.

·       Desa Wisata

 

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
·        Proses Pembuatan Gerabah
Oleh: Drs. I Wayan Mudra, M.Sn.


Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan. Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang dicapai oleh masing-masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang menggunakan alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada menggunakan alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga.  Perbedaan alat tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Tahapan proses pembuatan gerabah  :
  1. a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1).     Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2).     Mempersiapkan bahan campurannya
3).     Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
  1. b. Tahap pengolahan bahan.
Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing kriyawan gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai  pertimbangan dianggap masih efektif.  Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.




kerajinan perak (shoping and craft SILVER)

KERAJINAN PERAK KOTA GEDE

SEJARAH DAN PROSES PEMBUATAN KERAJINAN PERAK

salam hangat bagi traveler pecinta wisata belanja terutama craft, tak lengkap rasanya bila kita berbelanja kerajinan perak yang kita bahas kali ini tanpa mengetahui asal usulnya, nah ini MobilJoga sajikan ulasan menarik tentang asal-usul dan proses pembuatannya.
  •        Sejarah Kerajinan perak kota gede dulu berasal ketika Panembahan Senopati di Mataram (Kota Gede) memerintahkan abdi dalem kriya membuat perhiasan dari emas dan perak, Bagaimana jika tidak? mungkin saja Kotagede tidak akan pernah mendapat julukan sebagai Kota Perak. Andai kata pihak keraton Yogyakarta, terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, tidak terpikat dengan hasil kerajinan logam berciri tradisional hasil sentuhan tangan abdi dalem kriya Kotagede, mungkin kilap perak sudah lama terbenam di antara rumah joglo (lambang kejayaan kekuasaan tradisional Jawa) dan rumah loji (dengan ciri seni bangunan Eropa sebagai lambang kejayaan para pedagang atau pengusaha pribumi yang berhasil).
  •        Argentum (Latin), itulah asal kata perak, sehingga dalam ilmu kimia, perak ditandai dengan lambang Ag (dengan nomor atom 47). Perak dimanfaatkan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok garpu, bahkan menyeruak dalam pembuatan bantalan mesin pesawat terbang. Di Indonesia, kerajinan perak berkembang pesat di Kotagede. Menurut catatan Djoko Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini setidaknya ditandai dengan sebutan lain untuk kota ini, yaitu Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai ‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Selain itu, sebagai pusat perdagangan barang-barang kerajinan, nama-nama wilayah di Kotagede pun berkaitan erat dengan nama usaha kerajinan yang ada: Samakan (tempat tinggal para pengrajin kulit), Sayangan (tempat tinggal para pengrajin barang dari tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi) dan sebagainya.

  •        Munculnya kerajinan perak di Kotagede bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940-an dengan munculnya perusahan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru.
  •        Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak. Barang-barang tersebut berupa tempat lilin, perabotan makan minum, piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa ber motif khas Yogyakarta didominasi bentuk daun-daun, bunga, dan lung (sulur). Ternyata pesanan itu diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu berbagai order berdatangan dengan jumlah yang terus melambung. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, pemerintah Hindia Belanda mendirikan satu lembaga khusus, yaitu Stichting Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (disebut juga Pakaryan Ngayogyakarta). Lembaga ini memberikan pelatihan tentang teknik pembuatan kerajinan perak dan pengembangan akses pasar. Kegiatannya antara lain mengikuti Pekan Raya di Jepang tahun 1937 dan di Amerika tahun 1938.
  •        Perlu dicatat bahwa tumbuhnya perusahaan perak diawali dengan adanya pakaryan perak. Istilah pakaryan perak dimaksudkan sebagai usaha membuat barang-barang seni dari perak. Semula, barang-barang tersebut dibuat tidak untuk diperdagangkan apalagi memperoleh profit secara besar-besaran, tetapi sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Usaha pakaryan perak ujung-ujungnya mengalami perkembangan dengan adanya organisasi dan spesialisasi berupa perusahaan perak. Meskipun begitu, perak Kotagede masih dikerjakan dengan cara yang sama, yaitu sebagai suatu bentuk kerajinan yang menuntut keterampilan tangan.
  •        Setelah mengalami pasang surut, industri perak Kotagede tetap tak lapuk oleh hujan tak lekang oleh panas. Saat ini, memasuki wilayah Kotagede berarti kita siap disergap puluhan art shop perak yang terserak di kanan-kiri jalan. Di Kotagede, wisatawan tidak sekedar dapat memilih dan membeli souvenir, tetapi bisa menyaksikan proses pembuatannya. Proses produksinya diawali dengan peleburan perak murni berbentuk kristal, dicampur dengan tembaga. Kadar perak standar adalah 92,5%. Perak yang dilebur dan berbentuk cair dicetak untuk mendapatkan bentuk yang mendekati bentuk yang diinginkan, misalnya bakalan bentuk teko atau bakalan bentuk cincin. Proses kedua ini disebut singen atau disingekake (dicetak). Proses berikutnya ialah mengondel, yaitu memukul-mukul hasil cetakan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Proses mengondel memerlukan tingkat ketrampilan tersendiri. Sesudah memiliki bentuk yang bagus kemudian diukir guna mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini memerlukan tingkat keahlian sangat tinggi. Setelah diukir baru dirakit, misalnya teko dipasangi gagang berbentuk belalai. Proses terakhir ialah finishing, yaitu membuat barang menjadi mengkilap dan menampakkan pamornya. Standar kualitas barang perak ialah 92,5%, jika kurang belum layak disebut silver. Standar baku ini ditetapkan untuk menjamin kualitas produk. Sedangkan harga ditentukan oleh kadar perak tiap gramnya dan tingkat kesulitan pembuatan.
  •        Bagi Anda yang menginginkan mengetahui kadar kemurnian perak, dipersilahkan mampir ke Balai Besar Perindustrian di Jalan Kusumanegara. Jika Anda masih awam dengan perak, dapat memulai kunjungan ke art shop KP3Y (Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta) di kawasan Mondorakan. Di sini kita bisa mendapatkan informasi tentang standar mutu dan harga perak. Kemudian penjelajahan bisa dilanjutkan ke berbagai art shop di seluruh penjuru Kotagede sambil menikmati suasana khas sebuah kota tua nan eksotis. (Herry Mardianto).




By Christie Damayanti
13261826821879990128
shirasilver.com
  •        Siapa yang tidak mengenal Kotagede di Yogyakarta? Sebuah tempat khusus untuk kerajinan perak bakar, yang sudah sejak lama ada disana. Banyak kerajinan perak yang diolah menjadi berbagai ragam dan bentuk, apapun bisa dibuat dengan perak, mulai dari perhiasan tubuh, hiasan rumah, alat2 rumah tangga, dan sebagainya. Kotagede terletak sekitar 10 km dari pusat Yogyakarta dan sangat diminati oleh wisatawan, terutama wisatawan manca negara.
  •        Dulu ketika aku masih kecil, Kotagede yang menjadi penghasil kerajinan perak bakar di Yogyakarta ini, tidak menyediakan fasilitas untuk wisatawan melihat dan mengamati dalam pembuatannya. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini, beberapa perusahaan besar, membuat tempat untuk kuta para wisatawan melihat dan mengamati proses pembuatannya, mulai dari mendesain, membuat, membakar sampai membersihkannya serta bisa dijual. Dan ternyata, proses pembuatnnya sangat rumit dan luar biasa ….. Beberapa perusahaan pun membuat kursus singkat tentang mendesain dan merancang perhiasaan, membuat hingga selesai untuk dibawa pulang ….. Sangat menarik !
  •        Ini sedikit membagikan ‘ilmu’ untuk membuat kerajinan perak bakar, walau aku belum bisa karena ak hanya memakai 1 tangan saja. Aku sih tidak keberatan untuk mencobanya, tetapi justru merekalah yang keberatan karena untuk membuat kerajinan perak bakar ini, dibutuhkan tenaga dan agak ‘berbahaya’, misalnya, dengan pinset yang detail, dengan solder atau api untuk membakarnya atau dengan palu untuk menempanya ….. Bukan seperti membatik, hanya sedikit panas, ketika lilin2 menetes di tanganku dari cantingnya …..
  •      Dalam aku mengamati proses pembuatan perhiasan, aku ditemani seorang kepala pengrajin perak bakar, pak Tugino namanya. Dan aku bebas menanyakan banyak hal yang aku ingin ketahui tentang kerajinan ini. Dimulai dengan perancangan desain perhiasannya ( seperti arsitektur). Didesain di kertas dengan memakai pensil dengan ukuran yang diinginkan. Bisa minta di desain kan  atau desain sendiri untuk minta dibuatkan.
1326182795718510082
  •        Desainnya harus detail, kecuali kita bisa mengamatinya. Karena jika tidak detail, sang pengrajin harus membuat sendiri untuk improvisasinya.
  •      Aku hanya menerawang, bahwa kerajinan ini teknologinya sejak jaman dulu, pun semakin lama semakin aku takjub! Bahwa ini adalah warisan budaya kita, budaya Indonesia! Buat aku, ini membanggakan sekali.
  •         Setelah desain ditentukan, proses dilanjutkan dengan memindahkan desain kecetakan dan penempaan. Lempengan perak atau benang perak ( tergantung desainnya ), masing2 pengrajin membuat desain itu dengan sangat detail.
13261829831524649564
1326183022277599081
  •        ‘Benang perak’ yang sedang diulung untuk membuat detail desain ini. Satu demi satu, sesuai desain,dilakukan memotongan dengan menggunakan gunting ata pinset jika terlalu kecil. Makanya, sepertinya aku tidak akan bisa melakukan ini secara aku hanya memakai 1 tangan saja …..
  •          Coba lihat, ini adalah desain memakai ‘benang perak’, dibentuk sedimikian sehingga menyerupai daun, bunga atau kupu2. Indah sekali …..
  •        Setelah itu, baik membuat dari lempengan perak tatu benang perak, selanjutnya disusun sesuai desain, menjadi burung atau kupu dan sebagainya, sebelum mulai di bakar ( sekarang melakukannya dengan solder dan listrik ).
132618305625999459
1326183081127824337



  • Setelah disusun sesuai desain, lalu mulai dibakar. Sebelum dibakar, untuk ‘lem’nya adalah ‘bubuk perak’ seperti foto diatas di piring plastic berwarna biru. Tidak lama, hanya sebentar untuk merekatkan ( seperti di lem ).
132618311350217984
  •        Setelah disolder / dibakar dengan api, masing ikatan menjadi kuat sesuai desain. Pengerjaannya satu demi satu dan detail sekali. Mata harus selalu mengamati untuk lebih baik karena cobalah lihat, betapa detailnya desain seekor angsa ini …..
13261831401867521640
  •        Ini adalah proses menempa, tergantung dari desainnya. Belum tentu desainnya memakai proses menempa. Biasanya proses menempa untuk hiasan2 dinding yang lebih tebal dan besar, atau peralatan rumah tangga.
13261831751386857456
1326183215990424585

  •        Kemudian, dilanjutkan denga proses pembersihan dengan menggunakan ‘lerak’, semacam buah seperti ‘kluwek’ yang juga bisa untuk mencuci batik. ‘Lerak’ ini tidak berbau dan berbusa seperti foto diatas ini.
  •           Jika mendesain dengan memakai ‘anyaman’ benang perak, perhiasan perak bakar ini akan lebih memukau, karena sangat detail, dengan anyaman benang2 kecil dan tipis berlapis perak. Dan semakin indah dan detai perhiasan yang dibuat sesuai desainnya, akan semakin berharga pula perhiasan itu dimata banyak orang …..
  •          Ketika aku selesai mengamati proses pembuatan perhiasan perak bakar ini, aku lebih berdecak kagum! Betapa detail dan sulitnya pekerjaan ini. Banyak di antara pengrajin2 perak bakar ini, ternyata pekerjaan ini sudah mulai dilakukan sejak anak2, seperti pembatik2 di Imgiri tadi. Mereka, biasanya, turun temurun, orang tuanya sebagai pengrajin dan anak2nya mengikutinya. Dan melihat cara mereka melakukannya,  jujur, aku sangat kagum luar biasa ….. aku duduk di beberapa pengrajin yang aku anggap sangat detail dalam pengerjaannya. Beberapa kali aku memotretnya karena mereka dengan cepat menganyam benag2 perak menjadi sebuah bunga, daun atau seekor kupu2 …..
  •        Setelah aku capai mengamati, aku masuk ke dalam gallery perhiasan perak bakar ini, tempat berjualan. Satu persatu aku mengamatinya, dan memang ….. aku sangat mengaguminya ….. desainnya tidak kalah dari desain ‘kota’ seperti di toko2 emas di Jakarta. Harganya jauh dibawah emas serta tetap tampak ‘kinclong’ dimata kita. Kami membeli beberapa perhiasan untuk kami bawa pulang. Mereka membawakan buah ‘lerak’ untuk mencucinya, walau mereka mengatakan bahwa perhiasan2 perak bakar ini akan kotor kehitaman sampai bertahun2 kemudian jika kita tidak pernah memaintainnya. Dan jika kita merawatnya, perhiasan perak bakar ini tetap kinclong seindah emas putih …..
Salamku …..

contac MobilJogja

CONTAC MobilJogja

Untuk Info dan Reservasi
RentalCar
Tour And Travel
Jl. Wonocatur no. 27
Yogyakarta


Abew Agustiyanto
081 578 263 492
087 839 782 567


harga sewa mobil

 MobilJogja menyediakan menu mobil yang jadi favorit pelancong di jogja ini.


Paket sewa mobil.

         *Paket 12 Jam Dalam Kota jogja
    •   Avanza   + Driver =  250.000.-
    •   Xenia     + Driver =  250.000.- 

    •   Innova   + Driver =  350.000.-
    •   livina     + Driver =  350.000.-   
    •   Ellf        + Driver =  650.000.-
    •   L300vip + Driver =  400.000.-
    •   Mini Bus dan Big Bus pariwisata = nego   
        *Paket 12 Jam Luar kota (wisata/non wisata)
    •   Avanza   + Driver =  300.000.-
    •   Xenia     + Driver =  300.000.- 

    •   Innova   + Driver =  400.000.-
    •   livina     + Driver =   400.000.-   
    •   Ellf        + Driver =   800.000.-
    •   L300vip + Driver =   450.000.-
    •   Mini Bus dan Big Bus pariwisata = nego  
        *Paket 24 Jam Dalam Kota jogja
    •   Avanza   + Driver = 350.000.-
    •   Xenia     + Driver = 350.000.- 

    •   Innova   + Driver = 450.000.-
    •   livina     + Driver = 450.000.-   
    •   Ellf        + Driver = 750.000.-
    •   L300vip + Driver = 500.000.-
    •   Mini Bus dan Big Bus pariwisata = nego  
         *Paket 24 Jam Luar Kota jogja
    •   Avanza   + Driver = 400.000.-
    •   Xenia     + Driver = 400.000.- 

    •   Innova   + Driver = 550.000.-
    •   livina     + Driver = 550.000.-   
    •   Ellf        + Driver = 1.000.000.-
    •   L300vip + Driver = 600.000.-
    •   Mini Bus dan Big Bus pariwisata = nego  
Bila sewa lebih dari 3 maka akan ada discount 10% dari kami.

MobilJogja melayani Anda dengan sepenuh hati dan dengan ketepatan waktu karena Kami tahu ketepatan waktu sangat penting bagi Anda. Buat kenangan tang tak terlupakan dijogja bersama MobilJogja


Ayo tunggu apa lagi, hubungi MobilJogja segera untuk reservasi.