Sentra Industri Gerabah Kasongan.
Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di
wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal
dengan hasil kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di daerah
pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, (~ S
7.846567° - E 110.344468°) sekitar 6 km dari Alun-alun
Utara Yogyakarta ke arah Selatan. Tak lengkap rasanya bila dari Yogyakarta tanpa membawa souvenir cantik yang satu ini.
· Sejarah
Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan
milik penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan
Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut
ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat
itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan
segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan
serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang
akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka
penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki
tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang
mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan.
Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot
dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan
akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata
Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman
besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina
masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan
seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang
dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat
memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam
skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
· Desa Wisata
Hasil kerajinan dari gerabah yang
diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan berbagai
motif (burung
merak, naga, bunga mawar dan banyak
lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil
hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan
seperti meja dan kursi, dll. Namun
kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan
dari bambu, topeng-topengan dan
masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah
diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi
oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
·
Proses
Pembuatan Gerabah
Oleh: Drs. I Wayan Mudra, M.Sn.
Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk
setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang
dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam
proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan. Perbedaan alat
merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang dicapai oleh
masing-masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan badan gerabah dengan
teknik putar, ada kriyawan yang menggunakan alat tradisional dengan tenaga
gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada
menggunakan alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel).
Kelebihan alat yang kedua dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam
pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga. Perbedaan
alat tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Tahapan proses pembuatan
gerabah :
- a. Tahap persiapan
Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :
1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur
2). Mempersiapkan bahan campurannya
3). Mempersiapkan alat pengolahan bahan.
- b. Tahap pengolahan bahan.
Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan
alat pengolahan bahan yang dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang
dimiliki masing-masing kriyawan gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami
kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun
masih banyak kriyawan gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi
dengan berbagai pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan
bahan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering
dan basah. Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan
gerabah tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik
ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah,
karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan
pengolahan bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh kriyawan yang
telah memiliki peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini
akan lebih banyak memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara
kering. Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat
penyerap air dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar