Selasa, 24 Juli 2012

kerajinan perak (shoping and craft SILVER)

KERAJINAN PERAK KOTA GEDE

SEJARAH DAN PROSES PEMBUATAN KERAJINAN PERAK

salam hangat bagi traveler pecinta wisata belanja terutama craft, tak lengkap rasanya bila kita berbelanja kerajinan perak yang kita bahas kali ini tanpa mengetahui asal usulnya, nah ini MobilJoga sajikan ulasan menarik tentang asal-usul dan proses pembuatannya.
  •        Sejarah Kerajinan perak kota gede dulu berasal ketika Panembahan Senopati di Mataram (Kota Gede) memerintahkan abdi dalem kriya membuat perhiasan dari emas dan perak, Bagaimana jika tidak? mungkin saja Kotagede tidak akan pernah mendapat julukan sebagai Kota Perak. Andai kata pihak keraton Yogyakarta, terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, tidak terpikat dengan hasil kerajinan logam berciri tradisional hasil sentuhan tangan abdi dalem kriya Kotagede, mungkin kilap perak sudah lama terbenam di antara rumah joglo (lambang kejayaan kekuasaan tradisional Jawa) dan rumah loji (dengan ciri seni bangunan Eropa sebagai lambang kejayaan para pedagang atau pengusaha pribumi yang berhasil).
  •        Argentum (Latin), itulah asal kata perak, sehingga dalam ilmu kimia, perak ditandai dengan lambang Ag (dengan nomor atom 47). Perak dimanfaatkan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok garpu, bahkan menyeruak dalam pembuatan bantalan mesin pesawat terbang. Di Indonesia, kerajinan perak berkembang pesat di Kotagede. Menurut catatan Djoko Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini setidaknya ditandai dengan sebutan lain untuk kota ini, yaitu Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai ‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Selain itu, sebagai pusat perdagangan barang-barang kerajinan, nama-nama wilayah di Kotagede pun berkaitan erat dengan nama usaha kerajinan yang ada: Samakan (tempat tinggal para pengrajin kulit), Sayangan (tempat tinggal para pengrajin barang dari tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi) dan sebagainya.

  •        Munculnya kerajinan perak di Kotagede bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Perkembangan perusahaan perak Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940-an dengan munculnya perusahan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai motif baru.
  •        Industri perak mulai berkembang dan merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan perak. Barang-barang tersebut berupa tempat lilin, perabotan makan minum, piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa ber motif khas Yogyakarta didominasi bentuk daun-daun, bunga, dan lung (sulur). Ternyata pesanan itu diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu berbagai order berdatangan dengan jumlah yang terus melambung. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, pemerintah Hindia Belanda mendirikan satu lembaga khusus, yaitu Stichting Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (disebut juga Pakaryan Ngayogyakarta). Lembaga ini memberikan pelatihan tentang teknik pembuatan kerajinan perak dan pengembangan akses pasar. Kegiatannya antara lain mengikuti Pekan Raya di Jepang tahun 1937 dan di Amerika tahun 1938.
  •        Perlu dicatat bahwa tumbuhnya perusahaan perak diawali dengan adanya pakaryan perak. Istilah pakaryan perak dimaksudkan sebagai usaha membuat barang-barang seni dari perak. Semula, barang-barang tersebut dibuat tidak untuk diperdagangkan apalagi memperoleh profit secara besar-besaran, tetapi sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Usaha pakaryan perak ujung-ujungnya mengalami perkembangan dengan adanya organisasi dan spesialisasi berupa perusahaan perak. Meskipun begitu, perak Kotagede masih dikerjakan dengan cara yang sama, yaitu sebagai suatu bentuk kerajinan yang menuntut keterampilan tangan.
  •        Setelah mengalami pasang surut, industri perak Kotagede tetap tak lapuk oleh hujan tak lekang oleh panas. Saat ini, memasuki wilayah Kotagede berarti kita siap disergap puluhan art shop perak yang terserak di kanan-kiri jalan. Di Kotagede, wisatawan tidak sekedar dapat memilih dan membeli souvenir, tetapi bisa menyaksikan proses pembuatannya. Proses produksinya diawali dengan peleburan perak murni berbentuk kristal, dicampur dengan tembaga. Kadar perak standar adalah 92,5%. Perak yang dilebur dan berbentuk cair dicetak untuk mendapatkan bentuk yang mendekati bentuk yang diinginkan, misalnya bakalan bentuk teko atau bakalan bentuk cincin. Proses kedua ini disebut singen atau disingekake (dicetak). Proses berikutnya ialah mengondel, yaitu memukul-mukul hasil cetakan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Proses mengondel memerlukan tingkat ketrampilan tersendiri. Sesudah memiliki bentuk yang bagus kemudian diukir guna mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini memerlukan tingkat keahlian sangat tinggi. Setelah diukir baru dirakit, misalnya teko dipasangi gagang berbentuk belalai. Proses terakhir ialah finishing, yaitu membuat barang menjadi mengkilap dan menampakkan pamornya. Standar kualitas barang perak ialah 92,5%, jika kurang belum layak disebut silver. Standar baku ini ditetapkan untuk menjamin kualitas produk. Sedangkan harga ditentukan oleh kadar perak tiap gramnya dan tingkat kesulitan pembuatan.
  •        Bagi Anda yang menginginkan mengetahui kadar kemurnian perak, dipersilahkan mampir ke Balai Besar Perindustrian di Jalan Kusumanegara. Jika Anda masih awam dengan perak, dapat memulai kunjungan ke art shop KP3Y (Koperasi Produksi Pengusaha Perak Yogyakarta) di kawasan Mondorakan. Di sini kita bisa mendapatkan informasi tentang standar mutu dan harga perak. Kemudian penjelajahan bisa dilanjutkan ke berbagai art shop di seluruh penjuru Kotagede sambil menikmati suasana khas sebuah kota tua nan eksotis. (Herry Mardianto).




By Christie Damayanti
13261826821879990128
shirasilver.com
  •        Siapa yang tidak mengenal Kotagede di Yogyakarta? Sebuah tempat khusus untuk kerajinan perak bakar, yang sudah sejak lama ada disana. Banyak kerajinan perak yang diolah menjadi berbagai ragam dan bentuk, apapun bisa dibuat dengan perak, mulai dari perhiasan tubuh, hiasan rumah, alat2 rumah tangga, dan sebagainya. Kotagede terletak sekitar 10 km dari pusat Yogyakarta dan sangat diminati oleh wisatawan, terutama wisatawan manca negara.
  •        Dulu ketika aku masih kecil, Kotagede yang menjadi penghasil kerajinan perak bakar di Yogyakarta ini, tidak menyediakan fasilitas untuk wisatawan melihat dan mengamati dalam pembuatannya. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini, beberapa perusahaan besar, membuat tempat untuk kuta para wisatawan melihat dan mengamati proses pembuatannya, mulai dari mendesain, membuat, membakar sampai membersihkannya serta bisa dijual. Dan ternyata, proses pembuatnnya sangat rumit dan luar biasa ….. Beberapa perusahaan pun membuat kursus singkat tentang mendesain dan merancang perhiasaan, membuat hingga selesai untuk dibawa pulang ….. Sangat menarik !
  •        Ini sedikit membagikan ‘ilmu’ untuk membuat kerajinan perak bakar, walau aku belum bisa karena ak hanya memakai 1 tangan saja. Aku sih tidak keberatan untuk mencobanya, tetapi justru merekalah yang keberatan karena untuk membuat kerajinan perak bakar ini, dibutuhkan tenaga dan agak ‘berbahaya’, misalnya, dengan pinset yang detail, dengan solder atau api untuk membakarnya atau dengan palu untuk menempanya ….. Bukan seperti membatik, hanya sedikit panas, ketika lilin2 menetes di tanganku dari cantingnya …..
  •      Dalam aku mengamati proses pembuatan perhiasan, aku ditemani seorang kepala pengrajin perak bakar, pak Tugino namanya. Dan aku bebas menanyakan banyak hal yang aku ingin ketahui tentang kerajinan ini. Dimulai dengan perancangan desain perhiasannya ( seperti arsitektur). Didesain di kertas dengan memakai pensil dengan ukuran yang diinginkan. Bisa minta di desain kan  atau desain sendiri untuk minta dibuatkan.
1326182795718510082
  •        Desainnya harus detail, kecuali kita bisa mengamatinya. Karena jika tidak detail, sang pengrajin harus membuat sendiri untuk improvisasinya.
  •      Aku hanya menerawang, bahwa kerajinan ini teknologinya sejak jaman dulu, pun semakin lama semakin aku takjub! Bahwa ini adalah warisan budaya kita, budaya Indonesia! Buat aku, ini membanggakan sekali.
  •         Setelah desain ditentukan, proses dilanjutkan dengan memindahkan desain kecetakan dan penempaan. Lempengan perak atau benang perak ( tergantung desainnya ), masing2 pengrajin membuat desain itu dengan sangat detail.
13261829831524649564
1326183022277599081
  •        ‘Benang perak’ yang sedang diulung untuk membuat detail desain ini. Satu demi satu, sesuai desain,dilakukan memotongan dengan menggunakan gunting ata pinset jika terlalu kecil. Makanya, sepertinya aku tidak akan bisa melakukan ini secara aku hanya memakai 1 tangan saja …..
  •          Coba lihat, ini adalah desain memakai ‘benang perak’, dibentuk sedimikian sehingga menyerupai daun, bunga atau kupu2. Indah sekali …..
  •        Setelah itu, baik membuat dari lempengan perak tatu benang perak, selanjutnya disusun sesuai desain, menjadi burung atau kupu dan sebagainya, sebelum mulai di bakar ( sekarang melakukannya dengan solder dan listrik ).
132618305625999459
1326183081127824337



  • Setelah disusun sesuai desain, lalu mulai dibakar. Sebelum dibakar, untuk ‘lem’nya adalah ‘bubuk perak’ seperti foto diatas di piring plastic berwarna biru. Tidak lama, hanya sebentar untuk merekatkan ( seperti di lem ).
132618311350217984
  •        Setelah disolder / dibakar dengan api, masing ikatan menjadi kuat sesuai desain. Pengerjaannya satu demi satu dan detail sekali. Mata harus selalu mengamati untuk lebih baik karena cobalah lihat, betapa detailnya desain seekor angsa ini …..
13261831401867521640
  •        Ini adalah proses menempa, tergantung dari desainnya. Belum tentu desainnya memakai proses menempa. Biasanya proses menempa untuk hiasan2 dinding yang lebih tebal dan besar, atau peralatan rumah tangga.
13261831751386857456
1326183215990424585

  •        Kemudian, dilanjutkan denga proses pembersihan dengan menggunakan ‘lerak’, semacam buah seperti ‘kluwek’ yang juga bisa untuk mencuci batik. ‘Lerak’ ini tidak berbau dan berbusa seperti foto diatas ini.
  •           Jika mendesain dengan memakai ‘anyaman’ benang perak, perhiasan perak bakar ini akan lebih memukau, karena sangat detail, dengan anyaman benang2 kecil dan tipis berlapis perak. Dan semakin indah dan detai perhiasan yang dibuat sesuai desainnya, akan semakin berharga pula perhiasan itu dimata banyak orang …..
  •          Ketika aku selesai mengamati proses pembuatan perhiasan perak bakar ini, aku lebih berdecak kagum! Betapa detail dan sulitnya pekerjaan ini. Banyak di antara pengrajin2 perak bakar ini, ternyata pekerjaan ini sudah mulai dilakukan sejak anak2, seperti pembatik2 di Imgiri tadi. Mereka, biasanya, turun temurun, orang tuanya sebagai pengrajin dan anak2nya mengikutinya. Dan melihat cara mereka melakukannya,  jujur, aku sangat kagum luar biasa ….. aku duduk di beberapa pengrajin yang aku anggap sangat detail dalam pengerjaannya. Beberapa kali aku memotretnya karena mereka dengan cepat menganyam benag2 perak menjadi sebuah bunga, daun atau seekor kupu2 …..
  •        Setelah aku capai mengamati, aku masuk ke dalam gallery perhiasan perak bakar ini, tempat berjualan. Satu persatu aku mengamatinya, dan memang ….. aku sangat mengaguminya ….. desainnya tidak kalah dari desain ‘kota’ seperti di toko2 emas di Jakarta. Harganya jauh dibawah emas serta tetap tampak ‘kinclong’ dimata kita. Kami membeli beberapa perhiasan untuk kami bawa pulang. Mereka membawakan buah ‘lerak’ untuk mencucinya, walau mereka mengatakan bahwa perhiasan2 perak bakar ini akan kotor kehitaman sampai bertahun2 kemudian jika kita tidak pernah memaintainnya. Dan jika kita merawatnya, perhiasan perak bakar ini tetap kinclong seindah emas putih …..
Salamku …..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar